CATATAN REINGKARNASI 4



0 komentar
Sungguh sang putri tak mengerti untuk berpasrah pada perjodohannya. Repot repot menghadapi sayembara untuk mendapati mana yang terbaik, "ya biarlah" kata sang raja dengan bijaknya.

Akhirnya kakek Panji dan pangeran Pekalongan harus menata diri untuk melewati sayembara.
Diceritkannya secara langsung oleh kakek Panji pada putra putrinya kala itu. Tentang Putri Ajeng begitu anggunnya meski berbungkus mustika perang. Perkataannya menyambar dalam kemerduan. Senyumnya seaekan menipu, menyembunyikan jiwa kelelakian sang Putri. Gelisnya dalam sunda tak tergambarkan, meski dalam lukisan Monalisa.

Rasanya kakek ingin mengalah. Bukannya menyerah untuk tak mampu melewati sayembara ini. Atau terlalu kaku karena kagum dengan Putri. Menyerah lebih pada tak ingin lagi mengulang perebutan cinta dengan karibnya, sang pangeran.

Kakek berjanji, ia akan memenangkan sayembara ini untuk dua hal. Untuk diakui oleh siapapun dan menghadiahkan sang putri pada kerajaan tempatnya mengabdi. Artinya, akan memaksa sang putri bersanding dengan pangeran. Begitu kesatria niatnya itu.

Tantangan pertama.
Ditariklah anak panah oleh sang putri, menerjang angin, membelah perhatian semua yang hadir di sana.
Sasaran tertusuk sempurna. Membuat segan hati semua penantang, termasuk kakek.
Nampaknya sang pangeran semakin tertantang untuk menghunuskan panahnya. Ingin sekali rasanya ditancapkan pada hati sang putri, hingga takhluk untuk dibopong ke pekalongan.

Bersambung....

0 komentar:

Posting Komentar

newer post older post