CATATAN REINGKARNASI 7



0 komentar
Sepakatkah?
Aku menginginkan doaku agar memenangkan pangeran dapat memenangkan sayembara-setidaknya lolos dari jebakan sepanjang galah bambu ini. Jangan sampai wajahnya mencelup lumpur sawah yang akan mengutuknya malu.

Sial... sial sekali... sejengkal lagi pangeran hampir lolos, namun kakinya sudah hilang keseimbangan. Bambu yang diinjaknya ikut melompat jungkir balik di lumpur sawah. Berlumpurlah pangeran. Kesialan itu tak lain karena kelicinan yang tak sengaja tertinggal di gelagah bambu. Inilah yang akan menguji kakek Panji. Hatinya bimbang. Kenapa? Ia terpaksa meninggalkan karib yang diabdinya sejak kecil dulu.

Nah kakek Panji sempat mengajukan pengamatan dan keberatannya pada kejadian barusan... "sebelumnya hamba yang meloncati gelagah gelagah itu. Kukira gelagah tadi terlalu licin untuk diinjak, meski dengan kemampuan di atas manusia." Begitulah ucapnya pada sang raja. Panji sekaligus meminta pengulangan untuk pangeran.

Sang raja meminta putrinya sendiri untuk memutuskan.


Putri Ajeng "Aku menolak, barang peruntungan tak boleh jadi alasan untuk yang kesatria. Dimikian juga penjodohanku, sama tak pastinya."

"Mohon tuan putri beri kesempatan kesatria dari pekalongan ini. Hamba dan pangeran adalah seperjuangan dan sepengabdian. Hamba hendak mundur jika pangeran sudah tak melanjutkan lagi."

"Pulanglah, dengan jiwa tak kesatria dari pekalongan. Sudah beribu kesatria tidak mendapat kesempatan. Hendak kau menyia-nyiakan. Sia sia pula pengabdianmu."

Panji terdiam. Hendak ia angkat kaki, namun tiba tiba pengeran mencegah. Jiwa nan kesatrianya terusik kata kata putri Ajeng yang... entahlah siapa dia,,, seelok panglima memerintahkan prajurtinya. Niat kemunduran takhluk, dan rasa kesatriaan kembali maju.

Melawan, menang, menyelesaikan sayembara hati.......

Bersambung


0 komentar:

Posting Komentar

newer post older post