Pernahkah mendengar hikayat tentang seorang pemuda yang dijodohkan dengan gadis pingitan hanya karena mencari pemilik apel yang hanyut disungai? Kalau tidak salah pria itu sedang kelaparan yang tanpa sengaja menemukan apel yang hanyut di sungai. Setelah memakan apel, ia baru sadar yang ia makan bukan miliknya. Nekat, pemuda ini menyusuri hulu untuk menebus apel yang dimakannya kepada pemiliknya. Konotasi zaman sekarang “hanya untuk mempertahankan harga diri akan kejujurannya”.
Benar, ia menemukan kebun apel yang salah satu dahan pohonnya menggelantung di atas sungai. Dengan polosnya si pemuda menghampiri satu-satunya rumah di kebun apel itu. Berceritalah pemuda itu. Si pemilik mengiklaskan apelnya. Namun, si pemuda masih ngenggkel untuk menggantikan apelnya “untuk pertanggungjawaban pada Tuhannya”. Sarat apapun yang diberikan akan dijalankan.
“Aku punya seorang putri yang buta, tuli, dan bisu maukah kamu menikahinnya?” begitulah persyaratan yang diajukan si pemilik apel yang jengkel dengan kelakuan si pemuda. Awalnya si pemuda ragu. Namun karena begitu kuat keinginan untuk Tuhannya ia sanggupi persaratan itu. Diketuklah sebuah kamar yang ditunjukkan pemilik apel tadi. Ditemuilah gadis jelita yang menjawab salamnya sedang menjahit. Dengan bingung dan heran pemuda itu kembali pada sang pemilik apel. “Tuan, apakah tuan mempermainkan saya? Perempuan di kamar yang tuan tunjukkan tidak seperti yang tuan ceritakan”. Itulah si gadis pingitan yang tuli, buta, dan bisu dari dunia luar. Dia terpelihara dalam rumah.
Betapa senang jika bisa bermimpi menjadi pemuda mendapati gadis pingitan dalam hikayat itu. Sekarang dunia luar sudah memanggil sang gadis untuk keluar bertemu si pemudanya masing-masing. Dan hikayat berubah sesuai dengan pengalaman hidup masing-masing. Namun ada intrinsik hikayat yang dilupakan manusia jaman sekarang. Satu bukti yakni prostitusi.
Gadis jaman sekarang pasti marah jika tau dia dicitrakan bisu, buta, dan tuli. Namun tak mengertikah orang tua hanya ingin menyembunyikan jelitamu dalam pingitan. Gadis pingitan bukanlah sebutan yang hendak dicari. Melainkan sebuah persembahan bagi suatu kelakuan yang semestinya.
Entahlah, jika memang jodoh ya jodoh. Dingin takkan membekukannya, dan panas juga tak membuatnya menguap....
Saya Ingat sebuah pesan moralnya! lelaki yang jujur dan gadis pingitan adalah hikayat. Tak salah juga kalau kita membacanya dengan penghayatan realistis....
Dari sebuah ceramah “yasinan malam jumat”
0 komentar:
Posting Komentar