Lompatanku mengecil
mengikuti tergelincirnya batu jalanan
Riuh menggembala hidup di punukan padang hijau
Cekungan lembah menenangkan kastil persembunyianku
Kulihat, bayangan tenang saja mengeja warna terakhirnya,
Namun malu menampak ketika ranum cahayanya terbit
Dan terburu buru membangunkanku memaksaku mengejar waktu
Fajar menggema “sempatkanlah sarapan, sebelum waktu tak terkejar”
“Ah, pasti kusempatkan”
sekejap sadar, kala imanjinasi memberi jeda,
hanya disinilah negeri dongeng ajaib
Si kancil berpacu mengejar harimau,
membuat waktu kelelahan mengatur nafasnya
Hanya ada sehelai pita film yang jenuh berotasi,
berdiam pada sejuta sudut merekam setiap jejak waktu
setiap rangkai ulang detik cerita direka dalam dongeng dan syair
berjilid lembar hidup dibolak balik hingga pudar keindahannya
kutangkap waktu pada tangannya namun tak berhenti
Itulah utopia yang paling kurindukan
0 komentar:
Posting Komentar